Sebab Lambatnya koneksi BlackBerry
Anda pengguna BlackBerry (BB)? Jika “ya”, maka dapat dipastikan Anda merasakan layanan BlackBerry yang semakin lemot (lambat).
Mengapa? Semua pengguna BlackBerry pasti ingin tahu penyebabnya. Apalagi sebagai pelanggan, sudah menjadi hak mereka untuk memperoleh service yang memuaskan atas masalah kelambatan koneksi BlackBerry.
Pengamat telematika, Abimanyu Wachjoewidajat telah mencoba mencari sela permasalahan tersebut. Berikut petikannya.
"Semua pengguna tentu penasaran siapa penyebab ini semua (BlackBerry lambat.red) karena selaku pelanggan yang telah membayar maka kelambatan koneksi BlackBerry sungguh bukan suatu pelayanan yang baik.
Bahkan para petinggi Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) yang notabene sampai saat ini masih belum tuntas mengatasi Short Message Service (SMS) Penyedot Pulsa, sempat-sempatnya ikut memberikan komentar sehubungan dengan lemot-nya BlackBerry. Ya, tidak apalah hitung-hitung hiburan ringan bagi yang sepertinya buntu otak mengatasi masalah SMS Penyedot Pulsa.
Tetapi yang sungguh menggelikan adalah pernyataan BRTI bahwa lemot-nya BB ini adalah karena Research In Motion (RIM) tidak mau membuka server di Indonesia. Pernyataan BRTI tersebut jelas lebih mencerminkan 3 hal yang selama ini masih sekadar diduga kini menjadi semakin nyata, yakni:
1. BRTI begitu takut dengan para perusahaan telekomunikasi (yang juga punya andil menangani BB di Indonesia);
2. BRTI tidak begitu mengerti telematika;
3. BRTI tidak bergigi atau seperti macan ompong dalam menghadapi RIM.
Perlu diketahui bahwa relokasi server adalah sekadar memindahkan perangkat RIM ke data center di Indonesia. Apabila relokasi tersebut tidak diiringi dengan pembesaran bandwidth dan server-nya, pasti kinerja yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan. Bahkan bila setelah hal itu dilakukan namun konektivitas antara penyedia selular dengan server RIM tetap kecil, jaringan “dijamin” akan tetap lemot.
Jadi, solusi tercepat dan terbaik untuk urusan mengatasi BB lemot adalah cukup dengan memperbesar bandwidth. Begitu pula dengan kinerja server yang dipasang pada masing-masing operator selular yang untuk menangani koneksi dengan RIM harus ditingkatkan kinerjanya.
Bila kita bicara pembesaran bandwidth, berarti itu bicara masalah pembesaran Opex (operational expenditure) yang memiliki formula umum sangat mendasar, yakni pembesaran banyaknya pengguna wajib diimbangi dengan pembesaran bandwidth dan peningkatan kinerja server (bisa dengan memperbanyak server dan meningkatkan daya proses server tersebut).
Apabila hal ini tidak dilakukan, yang meraih untung adalah para penyedia jaringan selular. Pasalnya, pemasukan mereka bertambah besar akan tetapi pengeluaran tetap begitu saja karena tidak meningkatkan bandwidth dan kinerja server-nya secara proporsional.
Dalam hukum dagang, hal ini sepertinya wajar saja (dengan meraih untung yang besar dengan pengeluaran yang lebih sedikit). Tetapi, secara pelayanan publik (apalagi rata-rata perusahaan tersebut kini sudah merupakan public owned company), selayaknya mereka tidak melakukan hal tersebut.
Selain itu, kita tidak bisa mengukur “lemot” dengan mata, karena banyak hal yang terlibat seperti bandwidth, perangkat yang digunakan, banyaknya aplikasi yang aktif pada saat yang bersamaan, jumlah chatroom yang diikuti, besaran diskusi pada chatroom yang akan dibuka, dan banyaknya pengakses BB dari operator/ Base Transceiver Station (BTS) yang sama pada saat itu. Semua dapat memberikan pengaruh pada “lemot”-nya BlackBerry tersebut.
Walau demikian, mengingat untuk mengakses BBM perlu dikenakan biaya tambahan dan atas lemot-nya akses tersebut yang dirugikan adalah pelanggan BB, maka selayaknya BRTI justru menegur operator selular (sebagai pihak yang menerima bayaran) agar mereka meningkatkan pelayanannya yang beberapa di antaranya dengan cara yang sudah saya sampaikan diatas.
Namun, alih-alih melakukan itu, dalam kasus “lemot” ini, BRTI malah kembali mengangkat isu RIM yang tidak mau relokasi. Maka, dapat dimengerti mengapa saya menilai BRTI seperti apa yang saya sebut dalam 3 butir di atas bukan? Kita sudah tahu bahwa BRTI tidak mampu meminta RIM untuk membangun data center di Indonesia dan BRTI tidak mampu melakukan tindakan apa pun yang nyata untuk hal tersebut.
Bayangkan bahwa India mampu membuat RIM tunduk dan mengikuti perintah untuk membuat data center. Sedangkan di Indonesia, RIM dapat santai mengabaikan permintaan BRTI/Kemkominfo. Atas apa yang terjadi tersebut, terlihat jelas bahwa BRTI/Kemkominfo tidak mampu atau tidak berani melakukan tindakan apapun terhadap RIM.
Saya memang pengguna BlackBerry, tetapi bukan penikmat BlackBerry. Soalnya, bagi saya tiada yang special pada BlackBerry. Bahkan, tanpa BlackBerry Messenger (BBM), maka BB tidak ada bedanya dengan ponsel China yang kini banyak tersebar.
Namun, saya melihat bahwa sewajarnya dan selayaknya ketidakmampuan BRTI dalam mengatasi RIM tersebut hendaknya janganlah menjadi dendam untuk kemudian langsung menuding atau mengambinghitamkan RIM atas segala masalah yang ada pada BlackBerry. Seharusnya BRTI dapat lebih proporsional memandang kasus lambatnya BlackBerry dari berbagai sisi."